TEORI SPIRAL OF SILENCE Dalam Ilmu Komunikasi

Pengertian Spiral Of Silence

Spiral of Silence adalah salah satu bagian dari teori komunikasi massa, yang secara bahasa arti dari “Spiral adalah lingkaran atau perputaran” dan “Silence bermaknakan diam atau sunyi”. sedang menurut ilmu komunikasi bahwa Spiral of Silence adalah salah satu dari teori komunikasi massa yang ketika seorang atau individu memiliki opini tentang berbagai isu, akan tetapi, ketakutan akan terisolasi menentukan apakah individu itu akan mengekspresikan opini-opininya secara terbuka atau tidak. Untuk meminimalkan kemungkinan terisolasi, individu-individu itu kemudian akan mencari dukungan bagi opini mereka dari lingkungannya, terutama dari media massa. Dengan demikian posisi yang tadinya minoritas bisa berkembang menjadi lebih mendekati mayoritas karena mereka sudah mendapat dukungan. Namun selama dukungan tidak diperoleh atau dianggap tidak memadai mereka akan tetap merasa sebagi minoritas dan akan terus memilih untuk mencari jalan aman dengan menyembunyikan opininya (menerima opini kelompok mayoritas).


Teori Spiral of Silence juga dapat diuraikan sebagai : kelompok minoritas yang memiliki opini tentang berbagai isu. Akan tetapi, ketakutan akan itu terisolasi akan menentukan apakah opini kelompok minoritas mengekspresikan opininya secara umum. Untuk meminimalkan kemungkinan terisolasi, kelompok kecil itu mencari dukungan bagi opini mereka dari lingkungannya, terutama dari media massa . Spiral of silence opini yang merupakan yang dominant; fenomena yang melibatkan jalur komunikasi media dan pribadi. Media mengumumkan sudut pandang menonjol. media Individu selanjutnya mengungkapkan opini mereka atau tidak bergantung pada mengikuti opini yang diungkapkan dan spiral tersebut berlanjut. Teori spiral of silence dapat dianggap sebagai bagian dari tradisi sosiopsikologis karena penekanannya pada apa yang dilakukan oleh manusia dalam menanggapi situasi yang mereka hadapi, dan yang menarik dari teori spiral of silence ini adalah interaksi yang kompleks antara pernyataan masyarakat.

Sejarah Lahirnya Spiral Theory

Teori ini petama kali dicetuskan oleh Elisabeth Noelle Neumann Ia adalah ilmuwan politik Jerman. Neumann (1974) memperkenalkan spiral keheningan sebagai upaya untuk menjelaskan di bagian bagaimana opini publik dibentuk. Teori spiral keheningan merupakan satu dari sedikit teori komunikasi yang berfokus pada opini publik. berpijak pada opini publik, Noelle-Neumann pada tahun 1993 mengingatkan, bahwa banyak dari populasi menyesuaikan prilakunya pada arah media teori ini telah dinyatakan sebagai dasar yang penting dalam memelajari kondisi manusia.

Timbulnya Teori Spiral of Silence individu penggambaran media dan opini Teori spiral of silence ini muncul karena individu pada umumnya berusaha untuk menghindari isolasi, dalam arti sendirian mempertahankan sikap atau keyakinan tertentu. Oleh karenanya orang akan mengamati lingkungannya untuk mempelajari pandangan-pandangan mana yang bertahan dan mendapatkan dukungan dan mana yang tidak dominan atau populer, maka ia cenderung kurang berani mengekspresikan terisolasi tersebut.

Elizabeth Noelle-Neumann, merumuskan sebuah teori dari hasil penelitiannya yang dilakukan bertahun-tahun secara intensif tentang korelasi antara terpaan media massa dan pembentukan opini publik. Hingga kini teori tersebut banyak dijadikan rujukan oleh mahasiswa dan peminat komunikasi massa di seluruh dunia. Nama teori tersebut ialah “Spiral of Silence” yang secara ringkas menjawab pertanyaan mengapa orang-orang dari kelompok monoritas sering merasa perlu untuk menyembunyikan pendapat dan pandangannya ketika berada dalam kelompok mayoritas.

Inti dari teori ini berfokus pada apa yang terjadi ketika orang-orang menyatakan opininya mengenai topik yang telah didefinisikan oleh media bagi khalayak. Orang yang yakin bahwa mereka memiliki sudut pandang minoritas terhadap isu-isu publik akan menarik diri dan diam di belakang yang mana komunikasi mereka dibatasi. Orang enggan untuk mengekspresikan pandangan minoritas mereka, terutama karena takut dikucilkan. Sedangkan mereka yang memiliki sudut pandang mayoritas akan lebih terdorong untuk bersuara.

Media mayoritas sendiri dan akan berfokus pada pandangan Ini meremehkan opini pandangan yang minoritas. membuat minoritas menjadi lebih tidak telibat dalam mengkomunikasikan mereka menyebabkan munculnya spiral komunikasi yang bergerak ke bawah. Individu dalam kaum minoritas pun akhirnya akan menilai pengaruh mereka secara berlebihan dan makin tidak berani dalam berkomunikasi. Teori ini secara unik menyilangkan opini publik dan media.


Opini publik di sini merujuk pada sentimen kolektif dari sebuah populasi terhadap subjek tertentu. Media seringkali menentukan subjek apa yang menarik bagi khalayak dan membuatnya menjadi kontroversial. Dengan demikian, ada beberapa hal yang perlu kita catat sebagai asumsi ketika muncul berbagai opini di tengah masyarakat dalam kaitannya dengan sebuah peristiwa, yakni bahwa:
  1. Individu memiliki opini tentang berbagai isu। Akan tetapi, ketakutan akan terisolasi menentukan apakah individu itu akan mengekspresikan opini-opininya secara umum. Untuk meminimalkan kemungkinan terisolasi, individu-individu itu mencari dukungan bagi opini mereka dari lingkungannya, terutama dari media massa.
  2. Media massa – dengan bias kekiri-kirian mereka – memberikan interpretasi yang salah pada individu-individu itu tentang perbedaan yang sebenarnya dalam opini publik pada berbagai isu. Media mendukung opini-opini kelompok kiri dan biasanya menggambarkan kelompok tersebut dalam posisi yang dominan.
  3. Sebagai akibatnya, individu-individu itu mungkin mengira apa yang sesungguhnya posisi mayoritas sebagai opini suatu kelompok minoritas। Dengan berlalunya waktu, maka lebih banyak orang akan percaya pada opini yang tidak didukung oleh media massa itu, dan mereka tidak lagi mengekspresikan pandangan mereka secara umum karena takut akan terisolasi.
  4. Selama waktu tersebut, karena ‘mayoritas yang bisu’ tetap diam, ide minoritas mendominasi diskusi. Yang terjadi kemudian, apa yang pada mulanya menjadi opini minoritas, di kemudian hari dapat menjadi dominan. Begitu pula sebaliknya.
Lebih lanjut, Noelle-Newman (1984) menyatakan bahwa kekuatan media massa untuk menjadikan opini sebagai dominan diperoleh dari: (1) kehadirannya di mana-mana (ubiquity); (2) pengulangan pesan yang sama dalam suatu waktu (kumulasi); dan (3) konsensus tentang nilai-nilai kiri di antara mereka yang bekerja dalam media massa, yang kemudian direfleksikan dalam isi media massa.

Alasan Mengapa Kelompok Minoritas Memilih Diam Dalam Mayoritas, Alasan sederhana dalam kasus ini adalah adanya keinginan manusia untuk dapat hidup bersosialiasi dengan masyarakat. Manusia mempunyai kebutuhan mendasar sebagai makhluk sosial yang butuh interaksi dengan sesamanya.Apabila dalam kelompok masyarakat, seseorang kemudian tidak menyetujui opini mayoritas yang ada, bukan tidak mungkin individu tersebut akan terisolasi. Orang tersebut akan dianggap aneh, pemberontak dan tidak mengikuti keinginan masyarakat pada umumnya. Mereka kemudian akan dianggap sebagai kalompok yang tidak mengenal kelompoknya sendiri. Terlebih lagi, dampak jangka panjangnya, mereka tidak akan diterima oleh masyarakat.
TEORI SPIRAL OF SILENCE

0 Response to "TEORI SPIRAL OF SILENCE Dalam Ilmu Komunikasi"

Posting Komentar